Jumat, 26 September 2014

Pusaran api (Fire whirls)


Fire whirls / pusaran api adalah tornado yang berputar terlalu dekat dengan kebakaran hutan atau pusaran yang terbentuk karena terdapat terlalu banyak panas di area tersebut.

Pusaran Api atau badai api, atau setan api, adalah fenomena langka, yang mana api naik keatas dan membentuk pusaran, sehingga berbentuk seperti tornado. Pusaran ini sering terbentuk pada saat kebakaran hutan dan dapat mencapai setinggi 30 sampai 200 kaki (10 – 60 meter) dan selebar 10 kaki (3 meter), tapi umumnya hanya dapat bertahan dalam hitungan menit saja.

Hal ini terjadi ketika sebuah kolom udara yang hangat, naik ke atas dan terbungkus oleh api, sehingga  menyebabkan tekanan rendah muncul di permukaan tanah. Pendinginan udara ini kemudian segera masuk untuk menggantikan udara yang naik, dan menciptakan vortex yang dapat menarik api hingga ratusan meter di atas tanah.

Pada tahun 1923, tornado api terjadi akibat gempa bumi besar Kanto di Tokyo yang menewaskan 38.000 orang, hanya dalam waktu 15 menit. Munculnya tornado api juga pernah terjadi di bidang tanaman di Aracatuba, Brazil selatan, setelah berbulan-bulan mengalami kekeringan. Angin puyuh api juga pernah tertangkap kamera saat daerah selatan Sao Paulo mengalami kebakaran. 






Bola Petir (Ball Lightning)



Bola Petir adalah fenomena listrik atmosfer hipotetis yang sedikit diketahui. Istilah ini mengacu pada laporan tentang cahaya, objek biasanya berbentuk bola yang bervariasi dan diameternya berukuran beberapa meter. Ini adalah fenomena yang sangat langka yang melibatkan petir / kilat berbentuk bola yang bergerak lebih lambat dari kilat normal. Telah dilaporkan besar dari bola petir ini sebesar 8 kaki dan dapat menyebabkan kerusakan parah. Ada laporan bahwa ball lightning menghancurkan keseluruhan bangunan.
 Fenomena ini biasanya berhubungan dengan badai, tetapi berlangsung lebih lama dari kilat yang terbagi kedua dari petir. Banyak laporan awal mengatakan bahwa bola akhirnya meledak, kadang-kadang dengan konsekuensi yang fatal, meninggalkan bau belerang. Ada catatan bola bercahaya bebas-mengambang yang terjadi dalam total ketiadaan awan. Hal ini terjadi umumnya di lembah Hessdalen, Norwegia Salah satu teori baru-baru ini menunjukkan bahwa bola cahaya (Cahaya Hessdalen) yang dihasilkan oleh ionisasi udara dan debu oleh partikel alfa selama peluruhan radioaktif di atmosfer berdebu.

Sun Pillars (Pilar Matahari)


Sun pillars / pilar matahari timbul ketika matahari yang tenggelam memantulkan tinggi awan es pada lapisan yang berbeda. Hal ini menghasilkan pilar cahaya yang tinggi menjulang hingga ke langit. sangat mungkin juga untuk menyaksikan moon pilar atau pilar bulan.

Fenomena visual yang tercipta karena pantulan cahaya dari kristal es dekat permukaan planar sejajar horisontal. Cahaya dapat berasal dari matahari, biasanya pada saat matahari mau terbenam, dalam hal ini fenomena ini disebut pilar matahari. Dapat juga datang dari bulan atau dari sumber-sumber terestrial seperti lampu jalan.


Light Pillars penuh warna sering muncul di musim dingin saat salju atau es kristal memantulkan cahaya dari sumber yang kuat seperti matahari atau bulan. Dibantu oleh suhu yang dingin, pilar cahaya muncul ketika cahaya memantul dari permukaan datar mengambang kristal es yang relatif dekat dengan tanah. Pilar tampak seperti bulu cahaya yang memperpanjang secara vertikal di atas atau di bawah sumber cahaya, atau keduanya.pilar cahaya juga di bentuk dari sumber cahaya buatan seperti lampu jalanan, lampu mobil atau sumber cahaya yang kuat dari arena ice skating seperti pada gambar di atas dari Fairbanks, Alaska. Meskipun mereka merupakan fenomena lokal, pilar cahaya dapat melihat jauh seperti sebuah aurora. Semakin dekat seseorang melihat sumber pilar cahaya, semakin besar tampaknya.

Fire Rainbow


“Pelangi Api”  atau "fire rainbow" adalah sebuah fenomena langit langka. Dinamakan pelangi api karena bentuknya mirip dengan api namun warna-warni yang mencolok seperti pelangi. Mirip pelangi namun bukan pelangi.
Secara teknis, fenomena optik yang indah ini disebut circumhorizontal arc – es halo yang terbentuk oleh kristal es yang berbentuk piring di awan cirrus. Halo ini begitu besar sehingga muncul fenomena optik yang unik semacam ini.
Circumhorizontal arc yang berwarna cerah ini terjadi terutama selama musim panas dan pada garis lintang tertentu. Ketika matahari berada sangat tinggi di langit, sinar matahari yang masuk menjadi datar, sehingga segi enam berbentuk kristal es akan dipecah menjadi masing-masing warna seperti dalam sebuah prisma.
Apabila pelangi terbentuk oleh tetesan air yang berada di atmosfir, maka pelangi api terbentuk oleh kristal es yang berada di atmosfir. Kristal es tersebut harus berbentuk heksagonal, berada di level ketinggian awan cirrus, dan disinari oleh matahari dengan sudut kemiringan 58 derajat atau lebih. Jika ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi, maka pelangi api tidak akan terjadi. Ini lah alasan mengapa pelangi api disebut fenomena langit yang langka.
Fire Rainbows 04
Fire Rainbows 03


Awan Mammatus




Mammatus, atau mammatocumulus (berarti "awan payudara"),adalah istilah meteorologikal untuk bentuk gumpalan-gumpalan menggantung yang terbentuk di dasar awan. Nama mammatus diambil dari bahasa Latin mamma.


Karakteristik

Mammatus umumnya dihubungkan dengan badai petir. Umumnya terbentuk di dasar awan kumulonimbus, namun juga dapat terbentuk pada awan altokumulus, altostratus, stratokumulus, dan sirus, juga awan abu gunung berapi. Di Amerika Serikat, pengamat dapat mengenal ciri-ciri awan mammatus. Ketika terbentuk pada awan kumulonimbus, awan mammatus dianggap pertanda akan datang badai besar atau bahkan badai tornado. Karena bahayanya lingkungan tempat terbentuknya awan, penerbang umumnya diminta waspada untuk menghindari awan kumulonimbus dengan mammatus.

Catatumbo Ligthning


Apakah Anda pernah mendengar tentang Catatumbo Lightning? Catatumbo Lightning adalah sebuah fenomena aneh yang terjadi pada atmosfer bumi.

Catatumbo Lightning adalah fenomena petir yang terus menyambar dengan intensitas yang tinggi. Bahkan bisa mencapai 400.000 lebih sambaran dalam setahun. Fenomena ini terdapat di negara Venezuela.

Setelah berabad-abad Catatumbo Lightning terus menerus muncul, pada Januari 2010 Catatumbo Lightning sempat tidak muncul. Banyak yang menyangka jika Catatumbo Lightning sudah tidak akan muncul kembali.

Dan hingga pada April 2010, Catatumbo Lightning muncul kembali. Belakangan diketahui bahwa kekeringan lah yang menyebabkan Catatumbo Lightning sempat tidak muncul.

Catatumbo Lightning terletak di muara sungai Catatumbo, lebih tepatnya di Danau Maracaibo, Venezuela. Petir yang menyambar pun intensitasnya cukup membuat sesorang yang sempat melihatnya menggelengkan kepala.

Bayangkan saja, petir tersebut rata-rata menyambar selama 10 jam dalam sehari, dan dalam satu jam, petir tersebut dapat menyambar rata-rata sampai 280 kali sambaran. Bisa anda bayangkan berapa kali petir Catatumbo menyambar dalam sehari.

 Dan yang lebih menakjubkannya lagi, dalam satu tahun, petir bisa menyambar sampai 140 sampai 160 hari dari 365 hari dalam setahun. Dan petir tersebut rata-rata menyambar dengan ketinggian 5 km.

Penelitian juga mengatakan bahwa Catatumbo Lightning adalah penghasil ozon dengan presentase tertinggi di dunia, dari seluruh tempat di dunia.

Karena Catatumbo Lightning dapat menghasilkan sekitar 1.176.000 kW listrik di atmosfer.
Masyarakat kuno Yukpa di negeri tersebut mempercayai bahwa kilatan warna biru, putih, dan merah muda Catatumbo Lightning, terjadi saat kunang-kunang bertemu dengan roh para leluhur.

Selama berabad-abad para pelaut pun menggunakan Catatumbo Lightning sebagai alat navigasi dari alam agar mereka tidak tersesat di lautan.

Karena Catatumbo Lightning bisa terlihat dari jarak yang jauh, bahkan sampai ratusan mil jauh nya.

Oleh karena itu Catatumbo Lightning juga sering disebut Lighthouse of Maracaibo (Mercusuar Maracaibo).




Catatan sejarah mengenai Catatumbo Lightning sendiri pertama kali tercatat pada tahun 1597 dalam sebuah puisi epik karangan Lope de Vega berjudul La Dragontea.

Alexander von Humboldt, seorang naturalis Prussia, pernah menggambarkan Catatumbo Lightning sebagai "ledakan listrik yang seperti sinar pendar".

Seorang Geografis dari Italia yang bernama Agustin Codazzi, pernah menggambarkan Catatumbo Lightning sebagai "kilat yang tampaknya muncul dari sungai Zulia lanjutan dan sekitarnya".

Studi mengenai Catatumbo Lightning pertama kali dilakukan oleh Melchor Centeno.

Kemudian pada tahun 1966 sampai 1970, ilmuwan Andrew Zavrostky melakukan tiga ekspedisi dengan bantuan dari University of Los Andes yang menyimpulkan bahwa areal tersebut akan memiliki episentris di rawa-rawa dari Swamp National Park Juan Manuel de Aguas, Claras Aguas Negras dan Danau Maracaibo bagian barat.

Pada tahun 1991, ia juga mengatakan bahwa fenomena tersebut terjadi karena adanya pertemuan arus udara hangat dan dingin di daerah tersebut.

Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa penyebab untuk kilat terisolasi mungkin karena keberadaan uranium di dasar bebatuan.

Kemudian pada tahun 1997 sampai 2000, Nelson Falcon melakukan beberapa ekspedisi dan menghasilkan model mikrofisika dari Catatumbo Lightning yang mengidentifikasikan bahwa metana lah yang menyebabkan Catatumbo Lightning. Namun saat itu teori ini masih dianggap hanya sekedar spekulasi.

Tapi belakangan, penyebab fenomena tersebut adalah gas nontoksik metana yang menguap dari rawa dan endapan minyak. Di bawah ini adalah ilustrasi proses terjadinya Catatumbo Lightning.

 
Ilustrasi terjadinya Catatumbo Lightning :

1. Angin Karibia yang hangat dan lembab bertemu udara dingin Pegunungan Andes. Ini bisa menciptakan badai guntur.

2. Metana menguap dari lapisan minyak di Danau Maracaibo dan dari materi rawa yang membusuk. Gas itu lalu dibawa angin ke awan.

3. Arus udara di dalam awan menyebarkan metana secara merata. Tetapi gas tersebut tetap terkonsentrasi di area-area tertentu.

4. Dalam kondisi normal, udara di awan merupakan penyekat yang membuat aktivitas listrik menurun. Metana membuat listrik itu melemah. Petir pun terjadi.

Sun Dogs (Parhelion)




Parhelion juga disebut sun dog, mock sun (matahari semu)atau phantom sun (matahari bayangan)adalah suatu fenomena optis yang menampakkan titik-titik terang di langit, seringkali pada cincin halo di sekeliling Matahari.
Parhelion tampak sebagai pancaran cahaya berwarna di kiri-kanan Matahari, berjarak 22° dan pada jarak yang sama di atas cakrawala, dan pada halo es. Parhelion dapat dilihat dimana pun dan saat musim apapun, namun tidak selamanya tampak bercahaya dan cemerlang. Parhelion tampak jelas dan cerah saat Matahari tampak rendah.

Pembentukan dan Ciri-Ciri Parhelion

Umumnya parhelion tercipta dari kristal es piringan berbentuk segi enam pada awan sirus yang tinggi dan dingin, atau selama musim dingin yang amat dingin, oleh kristal es yang disebut debu intan yang tertiup di udara pada tingkat rendah. Kristal-kristal tersebut berfungsi sebagai prisma, membelokkan cahaya yang melewatinya dengan defleksi minimum 22°. Jika kristal-kristal tersebut terorientasi secara acak, maka lingkaran di sekeliling Matahari akan terlihat, yakni halo. Apabila kristal-kristal terbenam di udara dan tertata secara vertikal, maka cahaya Matahari terbiaskan secara mendatar. Dalam kasus ini, parhelion dapat terlihat.
Seiring Matahari yang semakin meninggi, cahaya yang melewati kristal-kristal tersebut semakin dicondongkan dari bidang datar. Sudut deviasi mereka bertambah dan parhelion semakin menjauhi Matahari.
Bagaimanapun, mereka selalu tampak di ketinggian yang sama dengan Matahari.
Parhelion tampak merah di sisi terdekat dengan Matahari. Semakin jauh, maka warnanya berubah dari jingga menjadi biru. Warna parhelion akhirnya menjadi putif saat berada di lingkaran parhelis (jika dapat terlihat).
Secara teori sangat memungkinkan untuk memprediksi pembentukan parhelion yang dapat terlihat di planet atau satelit lain. Mars mungkin memiliki parhelion yang terbentuk dari air es dan es CO2. Di planet raksasa gasYupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus — kristal-kristal lain membentuk awan amonia, metana

Aurora



 Aurora Borealis di atas Danau Bear, Alaska


Aurora adalah fenomena alam yang menyerupai pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh Matahari (angin surya).
Di bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan magnetiknya. Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama Aurora Borealis (IPA /ɔˈɹɔɹə bɔɹiˈælɪs/), yang dinamai bersempena Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas. Ini karena di Eropa, aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah Matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara September dan Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa.Tapi kadang-kadang aurora muncul di puncak gunung di iklim tropis.

MITOS TENTANG AURORA

Pada mitologi Romawi kuno, Aurora adalah DewiFajar yang muncul setiap hari dan terbang melintasi langit untuk menyambut terbitnya matahari. Profil Dewi Aurora juga dapat kita temukan pada tulisan hasil karya Shakespeare.
Sejak zaman dulu, telah banyak teori yang diajukan untuk menjelaskan fenomena inidan sebagian teori kelihatannya sudah tidak relefan pada masa sekarang. Benjamin Franklinberteori bahwa “Misteri Cahaya Utara” itu disebabkan oleh konsentrasi muatan listrik di daerah kutub yang didukung oleh salju dan uap air. Kristian Birkeland juga berteori bahwa Auroral Elektron terjadi dari sinar yang dipancarkan matahari, dan elektron tersebut dibimbing menuju kutub utara.
Aurora Borealis memang sering terjadi antara bulan Maret-April dan Agustus-September-Oktober. Aurora Borealis adalah fonemana pancaran cahaya yang terjadi di daerah utaraatau kutub utara. Pada saat Aurora Borealis terjadi, seakan-akan matahari akan terbit dari sebelah utara

PEMBUKTIAN ILMIAH

Pada tahun 1958 suatu regu peneliti yang dipimpin oleh James van Allen menemukan sabuk-sabuk radiasi yang terdiri dari partikel-partikel bermuatan (kebanyakan adalah elektron-elekton dan proton-proton) yang bergerak mengitari bumi dalam lintasan yang berbentuk donat. Mereka menemukan sabuk-sabuk radiasi ini setelah mengevaluasi data-datayang dikumpulkan oleh peralatan yang ada di Satelit Explorer I.
Partikel-partikel bermuatan yang terperangkap oleh medan magnetik tak seragambumi, mengitari garis-garis medan magnetik bumidari kutub ke kutub dengan lintasan spiral. Partikel-partikel ini terutam a berasal dari matahari serta sebagian lain berasal dari bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya. Oleh karena itu, partikel ini dinamakan sinar-sinar kosmik. Kebanyakan sinar-sinar kosmik dibelokkan oleh medan magnetik bumi dan tidak pernah mencapai bumi. tapi beberapa sinar-sinarkosmik lolos dan terperangkap. Sinar-sinar kosmik inilah yang menyusun sabuk-sabuk radiasi yang ditemukan oleh regu peneliti di atas dan diberi nama sabuk-Sabuk van Allen.
Ketika partikel bermuatan ini berada di atmosferbumi akn sering bertumbukan dengan atom-atomlainnya, menyebabkan partikel-partikel ini memancarkan cahaya tampak yang sekarang dikenal dengan nama aurora.
Aurora terbagi berdasarkan wilayah dimana aurora itu terlihat. Aurora yang ada di sebelah utara dsikenal dengan nama Aurora Borealis. Nama borealis berasal dari bahasa Yunani yang berarti Angin Utara.
Hal ini disebabkan Aurora ini tampak kemerah-merahan di ufuk utara seolah olah matahari akan terbit dari arah tersebut. Suku Inuit atau orang Eskimo mempercayai bahwa hal tersebut karena para arwah sedang bermain bola menggunakan kepala singa laut. Mereka juga percaya bahwa orang yang sering menonton “pertandingan” itu akan menjadi gila. Aurora yang berada di sebelah selatan disebut Aurora Australis karena aurora ini sering terlihat di Benua Australia. Aurora ini sering terlihat berwarna kehijau-hijauan.
Fenomena ini terjadi pada lapisan ionosfer bumiakibat medan magnetik, dan partikel yang dipancarkan matahari. Sumber energi utama dari aurora adalah angin matahari yang mengalir melewati Bumi. Magnetosfer dan angin matahari terdiri dari gas terionisasi yang menghantarkan listrik.
Aurora yang terjadi tanggal 28 Agustus dan 2 September 1859 mungkin adalah yang palingspektakuler sepanjang sejarah. Aurora di Boston tanggal 2 September 1859 juga dimuatoleh New York Times.
Fenomena Aurora Borealis telah lama menarik perhatian para Ilmuwan. Andres Celcius,antara rentang tahun 1716 sd. 1732 mengamati Aurora Borealis dan menghasilkan sekitar 300 pengamatan yang dipublikasikannya. Celcius adalah seorang Professor Astronomi yang namanya diabadikan sebagai satuan pengukur suhu.
Penerima nobel asal Belanda bernama Pieter Zeeman mempublikasikan laporan tentang Aurora Borealis yang terlihat di Zonnemaire. Elias Loomis juga menerbitkan serangkaian laporan mengenai Aurora di American Journal of Science.
Aurora juga terjadi pada Planet lain dalam tata surya, misalnya Planet Uranus danNeptunus. Jupiter dan Saturnus memiliki medan magnet yang lebih kuat dari Bumi dan memiliki sabuk radiasi yang besar. Teleskop Huble digunakan untuk menangkap terjadinya Auroradi planet lain.
Tgl. 14 Agustus 2004, Pesawat Mars Expressmendeteksi terjadinya Aurora di planet Mars, para Ilmuwan mempelajari dengan memasukkan data-data yang dihasilkan Mars Global Surveyor, dimana daerah emisi berhubungan dengan suatu daerah yang memiliki medan magnet paling kuat, dan menunjukkan bahwa asal-usul emisi cahaya adalah aliran elektron.
Pada sebuah fenomena Aurora, satelitmenangkap gambar Aurora yang terlihat seperti “cincin api”. Aurora-aurora jenis lain juga diamati dari luar angkasa, misalnya “Poleward Busur”, tapi tampaknya masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai fenomena ini, mengingat fenomena ini sangat jarang akan terjadi.
Aurora dan arus terkait menghasilkan emisi radio sekitar 150 kHz, dikenal sebagai radiasi Auroral Kilometric yang ditemukan padatahun 1972 dan dapat diamati dari luar angkasa. Masih banyak hal lain yang harus di teliti dan di pelajari menyangkut proses yang terjadi pada Aurora

Sinkhole

Sinkholes adalah lubang pada tanah yang terbentuk tiba-tiba. Lubang tanah ini diakibatkan tekanan terhadap permukaan tanah yang terjadi ketika sebuah lapisan bawah tanah melemah dan tak mampu menopang struktur lapisan di atasnya.
Sinkhole dapat terjadi akibat proses alami, yakni ketika sub-permukaan batuan/tanah larut dan membuat rongga bawah tanah. Peristiwa ini sering terjadi di mana batuan di bawah permukaan tanah adalah batu gamping, dolomit, batuan karbonat, atau jenis batuan yang dapat secara alami dihanyutkan oleh sirkulasi air tanah.

Penyebab Sinkhole
Sinhhole biasanya terjadi di kawasan dengan formasi batu gamping/limestone, penyebab utamanya adalah larutnya batuan sekitar karena pengaruh air dan terbentuk gua di bawah permukaan tanah seperti gambar di bawah ini;
 
Gambar 1. Proses pembentukan Sinkhole
Proses terbentuknya detailnya sebagai berikut:
Stadia 1: Pada awalnya ada sebuah retakan kecil karena sesar dan kekar kemudian membentuk lubang akibat masuknya air. Daerah ini biasanya terjadi pada daerah yg tersusun oleh batu gamping. Batugamping ini ?relatip? mudah terlarutkan ketimbang batupasir (batuan yang terssun oleh pasir, biasanya mineral kuarsa). Relatif mudah terlarutkan ini jangan coba-coba di rumah melarutkan batugamping ya,proses pelarutan ini berjalan dalam puluhan ribu tahun juga.
Stadia 2: Karena adanya aliran bawah tanah, maka akan muncul rongga karena bagian bawah terjadi erosi oleh aliran sungai bawah tanah.
Stadia 3-4-5-6: Proses ini berlangsung terus menerus dengan kikisan serta jatuhan dari batuan diatasnya. Hingga akhirnya bolongan ini membentuk ruang cukup lebar dan jembatan dibagian atas tidak kuat menahan dan

                         
Gambar 2. Proses pembentukan Sinkhole
Stadia 7: BLUNG ! Lubang ini tidak seluruhnya memenuhi hingga dasar terbawah, karena volume yang mengisi batuan atas tidak seluruhnya hilang. Kedalaman lubang bisa mulai hanya beberapa meter hingga berukuran besar sedalam 100 meter seperti yang di Guatemala itu.
Stadia 8: Proses pengendapan diatas cekungan ini akhirnya menutup Luweng yang seringkali tidak disadari oleh penghuni diatasnya. Proses siklus ini berjalan ribuan tahun yang dalam skala geologi yang sering dalam juta tahun bisa saja hanya disebut proses yang sekejap. Tetapi walaupun telah terjadi hanya seribu tahun yang lalu, barangkali kita tidak memiliki rekaman itu, dan kita hanya menggunakan tanah diatasnya itu seolah-olah dahulu tidak terjadi apa-apa.

Gejala Sinkhole

Setelah memahami apa itu Sinkhole, tahap selanjutnya adalah memahami gejala awal akan terjadinya sinkhole di suatu kawasan. Berikut ini adalah beberapa gejala umum ketika akan terjadi sinkhole:
  1. Pertama ini terjadi pada daerah yang batuan dasarnya (bedrock-nya? adalah batugamping.
  2. Gejala-gejala sebelum terjadinya amblesan ini sering didahului oleh gejala-gejala perubahan sitem hydrologi. Adanya danau baru segera setelah hujan (air limpasan) terutama pada daerah cekungan.
  3. Dijumpai retakan-retakan tanah. Misalnya pohon-pohon yang miring menuju kearah titik yang sama (pusat amblesan).
  4. Aliran sungai bawah tanah bisa saja tertutup yang menunjukkan adanya kemungkinan runtuhan bawah tanah. pola hidrologinya tentu saja akan terpengaruh akibat runtuhan bawah tanah ini. Jadi tentunya sebelum melakukan uji pengeboran mencari apakah ada terowongan dibawah, perlu juga dilakukan pengamatan permukaan. Apakah ada cekungan-cekungan bekas sinkhole. Adakah perubahan hidrologi yang teramati dalam kurun waktu tertentu ketika musim penghujan dan musim kering.
  5. Uji pengeboranpun belum tentu bisa membuktikan atau menolak hipotesa, karena mencari bolongan ini tidak bisa dilakukan dengan mudah, bayangkan kalau area yang luasnya 2 Km persegi harus dibuktikan dengan satu lubang bor ?. kan sulit banget seperti mencari jarum dalam jerami. Salah satu cara adalah dengan pengamatan (survey) geofisika bawah permukaan, baik survey geolistrik, elektromagnetik, graviti (gayaberat) dan lain-lain.
Source by: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/sinkhole/#ixzz3EUOosReo

Jumat, 12 September 2014

Alasan Mengapa Pluto Tidak Dianggap Sebagai Planet Lagi

Untuk mengetahui mengapa pluto sudah tidak dianggap sebagai planet, maka kita harus tahu dulu bagaimana awal mula planet ini ditemukan. Pluto pertama kali ditemukan pada tahun 1930 oleh Clyde W. Tombaugh di Observatorium Lowell di Flagstaff Arizona. Para astronom telah lama meramalkan bahwa akan ada sebuah planet kesembilan dalam sistem tata surya, yang mereka sebut Planet X. Hanya 22 pada waktu itu, Tombaugh diberi tugas yang melelahkan yaitu membandingkan plat fotografi. Setiap objek bergerak, seperti komet, asteroid atau planet, harus ia definisikan dengan benar.

Setelah setahun pengamatan, Tombaugh akhirnya menemukan obyek di orbit yang benar, dan menyatakan bahwa ia telah menemukan planet X. Karena mereka telah menemukan itu, tim Lowell diizinkan untuk memberikan nama objek itu. 

Pemberian Nama

Mengenai masalah nama ini juga sempat menjadi kontroversi. Karena sempat membuat banyak pihak saling berselisih paham. Banyak yang bilang nama ini berasal dari karakter anjing dalam komik Walt Disney. Kenyataan bahwa komik tersebut memulai debutnya pada tahun yang sama dengan penemuan benda angkasa tersebut oleh manusia dipercaya banyak pihak sebagai salah satu alasannya.

Nama Pluto juga merupakan nama seorang dewa dari kebudayaan Romawi yang menguasai dunia kematian (Hades dalam kebudayaan Yunani). Nama ini diberikan mungkin karena benda angkasa ini sama gelap dan dinginnya dengan dewa tersebut,selain juga misteri yang menyelimutinya.

Ternyata banyak nama lain yang pernah ditolak untuk menamai planet baru tersebut. Salah satunya adalah Minerva, yang berarti dewi ilmu pengetahuan. Alasannya jelas, karena nama tersebut sudah dipergunakan untuk hal yang lain. Lalu ada nama Constante, merujuk pada nama pendiri observatorium tempat Clyde bekerja, Constante Lowell. Namun pemberian nama Lowell juga ditolak secara perlahan-lahan.

Sejarah Status

Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya. Akhirnya keberadaan satelit Charon ini semakin menguatkan status Pluto sebagai planet.

"Pluto dan tiga satelitnya: Charon, Nix, dan Hydra."

Akan tetapi, para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).

Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.
Pluto sendiri, dengan orbit memanjangnya yang aneh, memiliki perilaku lebih mirip objek Sabuk Kuiper dibanding sebuah planet, demikian anggapan beberapa astronom. Orbit Pluto yang berbentuk elips tumpang tindih dengan orbit Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari juga terlalu melengkung dibandingkan delapan objek yang diklasifikasikan sebagai planet. Pluto juga berukuran amat kecil, bahkan lebih kecil dari Bulan, sehingga terlalu kecil untuk disebut planet.

Setelah Tombaugh wafat tahun 1997, beberapa astronom menyarankan agar International astronomical Union, sebuah badan yang mengurusi penamaan dan penggolongan benda langit, menurunkan pangkat Pluto bukan lagi sebagai planet. Selain itu beberapa astronom juga tetap ingin menerima Pluto sebagai sebuah planet. Alasannya, Pluto memiliki bentuk bundar seperti planet, sedangkan komet dan asteroid cenderung berbentuk tak beraturan. Pluto juga mempunyai atmosfer dan musim layaknya planet.

Pada 24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan astronomi Internasional, 3.000 ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah status Pluto menjadi "planet katai".

Penelitian

Salah satu penelitian yang cukup serius akhirnya digelar juga untuk melihat Pluto, yaitu penelitian pihak AS melalui NASA, yang mengirimkan satu set pesawat tanpa awak untuk mendata daerah permukaan Pluto, karakteristik geografi dan geomorfologi secara global dan mencari data struktur atmosfer yang melingkupi Pluto.

Sebuah ekspedisi yang dinamakan Pluto Express direncanakan mulai meluncur ke angkasa pada Desember 2004 dan direncanakan tiba di Pluto paling lama pada tahun 2008, namun ekspedisi ini akhirnya dibatalkan pada tahun 2000 karena masalah dana dan digantikan sebuah misi baru bernama New Horizons (diluncurkan Januari 2006). Pesawat ini akan melintasi Pluto dan Charon, satelit alaminya, dan kemudian mengirimkan foto-foto ke Bumi. Salah satu studi yang akan dilakukan Horizons mencakup masalah atmosfer yang ada di lapisan satelit Pluto tersebut. New Horizons juga direncanakan akan terbang menuju Sabuk Kuiper.

Hingga kini dipercaya Pluto memiliki sifat atmosfer yang paling asli semenjak memisahkan diri dari Matahari. Lapisan atmosfer ini juga dikenal sebagai lapisan paling dingin yang pernah dimasuki sebuah pesawat misi angkasa luar dari bumi.